Selasa, 03 April 2012

Awan Hitam Menyelimuti Sepak Bola Kita


Sepak bola adalah olahraga yang populer di muka bumi, bahkan di Eropa sepak bola bagaikan agama ke-2 bagi mereka. Kebanyakan masyarakat disana menganggap bahwa sepak bola adalah sarapan wajib, bagi mereka hidup tanpa sepak bola, adalah makan tanpa garam. Makan tanpa garam??
Di tanah air sepak bola sangat digemari masyarakat dari kalangan bawah sampai atas, karena olahraga yang tidak megikut campurkan tangan ini adalah olahraga paling mudah di pahami semudah memahami waktu mas Sakirul memaikan AC saat pulang sekolah. Ekonomis, seekonomis harga soto om Coy. Higinis, sehiginis membuat power point untuk presentasi. Dan seru, seseru waktu lagi Bantara. Dibanding dengan olahraga lainnya, sepak bola punya penggemar terbanyak, mengalahkan penggemar boy band dan girl band Indonesia yang lagi naik daun saat ini.
Maka, di era modern seperti ini sepak bola bisa dibilang lahan usaha atau industri. Karena sepak bola bisa menghasilkan keuntungan yang besar sekaligus mendidik mental para pelakunya, sepak boal itu mengutamakan fair play, semangat juang, kebersamaan dalam meraih kemenangan. Untuk mencapai semuanya dibutuhkan organisasi yang kuat dan benar-benar bisa menghasilkan bibit–bibit pemain yang berkualitas agar di masa selanjutnya sepak bola tanah air bisa maju, mempunyai skill,  mental yang kuat dan semangat juara. “Inilah bintang Indonesia”
Tetapi sepak bola di tanah air, akhir-akhir ini mengalami penurunan bukan dari segi kualitas pemainnya melainkan dari induk organisasinya. Yang sibuk mengurusi kepentingan pribadi atau kelompok, ketimbang mengurusi bagaimana cara memajukan sepak bola tanah air tercinta kita ini. Di induk organisasi PSSI banyak perpecahan, beranggapan bahwa diri mereka yang pantas, mampu mengurusi serta mengatasi carut-marutnya persepak bolaan di tanah air merah putih ini.
Bayangkan saja jadwal pertandingan klub-klub banyak yang tidak menentu apalagi sekarang ada 2 versi, satu di dalam naungan PSSI, dimana mau maju, jika induk organisasinya saja tidak beres. bagaimana dengan telur-telur yang dihasilkan dari seorang induk yang lagi kacau. Sepak bola itu seperti ayam yang menetas, ada induk ada anak induk. Butuh kekompakkan untuk melahirkan telur-telur yang bernilai tinggi. J
Sekarang ini saja kita sudah kalah prestasi di Asia Tenggara, kita kalah dengan Vietnam. Bayangkan, beberapa tahun yang lalu kita mengalahkan Vietnam tapi sekarang malah sebaliknya. L
Sepak bola kita bisa berprestasi asalkan para anggota PSSI bisa bersatu dan saling merangkul untuk memajukan sepak bola, tidak haus akan kekuasaan dan terbebas dari campur tangan politik. Semoga saja PSSI dimasa mendatang mampu mengatasi semua permasalahan ini sehingga sepak bola kita tambah maju, berprestasi serta enak di tonton, seenak makan nasi penyet di warung mbak Su.

1 komentar: